4 Sifat kasih itu adalah sabar, murah hati, tidak iri hati, tidak membesarkan diri, dan tidak sombong. 5 Kasih itu tidak berbuat kasar, tidak mencari kepentingan sendiri, tidak gampang marah, dan tidak mengingat-ingat kesalahan yang pernah dibuat oleh orang lain. 6 Kasih itu tidak bersukacita waktu melihat orang lain melakukan yang jahat, tetapi bersukacita waktu melihat mereka hidup sesuai ajaran yang benar. 7 Kasih itu kuat sehingga bisa bertahan menghadapi segala sesuatu. Kasih selalu siap untuk percaya dan berharap hal-hal yang baik mengenai orang lain. Dan kasih selalu sabar dalam setiap situasi.
8 Kasih akan bertahan untuk selama-lamanya! Tetapi akan datang waktunya di mana berbagai kemampuan khusus tersebut tidak diperlukan lagi— termasuk kemampuan menyampaikan pesan dari Allah, menyampaikan pengetahuan, atau berbicara dalam suatu bahasa lain sesuai pimpinan Roh Kudus. 9 Kemampuan khusus untuk menyampaikan pesan dari Roh Allah atau menyampaikan pengetahuan, sekarang memang berguna, tetapi tidak bisa menyampaikan hal-hal itu dengan lengkap. 10 Tetapi sesudah Yesus kembali nanti, pengetahuan kita akan menjadi lengkap, dan kemampuan khusus yang sekarang kurang lengkap ini akan dihapuskan karena tidak diperlukan lagi.
11 Waktu saya masih kecil, saya berbicara, berpikir, dan membuat rencana seperti anak kecil. Tetapi waktu saya sudah menjadi dewasa, saya berhenti berbuat hal-hal yang bersifat seperti anak-anak. 12 Demikian juga dengan kita. Sekarang kita seperti melihat ke kaca cermin yang kabur, tetapi ada waktunya nanti kita akan melihat dengan jelas. Sekarang pengetahuan saya kurang lengkap, tetapi ada saatnya nanti saya akan mengerti semuanya sampai sedalam-dalamnya— sama seperti Allah sudah mengenal diri saya. 13 Jadi, ketiga hal ini akan selalu penting— yaitu percaya, berharap, dan mengasihi. Tetapi yang paling penting dari ketiga hal itu adalah mengasihi!
<- 1 Korintus 121 Korintus 14 ->-
a dengan bangganya … Dalam salinan kuno ada perubahan kecil dalam pengejaan kata— sehingga kata itu juga pernah diterjemahkan “untuk dibakar.” Salinan yang paling kuno menggunakan pengejaan “dengan bangganya.”