12 Aku, penulis, sebagai raja di Israel yang bertakhta di Yerusalem. 13 Aku sudah berusaha dengan segala kebijaksanaanku untuk menyelidiki tentang segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia di bumi ini. Dan yang aku temukan adalah bahwa Allah membuat manusia hidup bersusah payah. 14 Aku sudah melihat segala sesuatu yang umat manusia hasilkan di bumi ini, dan ternyata semua itu sia-sia—
bahkan seperti menghitung benda yang memang tidak ada.
16 Aku berkata kepada diriku sendiri, “Lihat, aku sudah bertambah bijaksana, sampai aku lebih bijaksana dari semua raja yang pernah memerintah di Yerusalem sebelum aku. Aku sudah memperoleh banyak kebijaksanaan dan pengetahuan.” 17 Kemudian aku memutuskan untuk mendalami segala sesuatu tentang cara hidup bijaksana dan cara hidup yang bodoh. Tetapi akhirnya aku menyadari bahwa penyelidikan itu juga sia-sia— sama seperti orang yang berusaha menjaring angin.
18 Karena semakin aku bertambah bijaksana, aku malah semakin kecewa.
Dan semakin aku bertambah pengetahuan, aku malah semakin sengsara.
Pengkhotbah 2 ->
apenulis kitab ini Nama penulis tidak disebut dalam kitab ini, tetapi tradisi ribuan tahun meyakini Salomo menulis kitab ini. Ada ahli yang percaya bahwa kitab ini tidak ditulis oleh Raja Salomo tetapi oleh seseorang yang tidak diketahui namanya. Karena tidak ada bukti untuk kedua pendapat itu, maka TSI memilih untuk mengikuti tradisi dan terus menyebut Salomo sebagai penulis kitab ini.bkebijaksanaan Dalam kitab ini Raja Salomo fokus dalam menyoroti ‘kebijaksanaan’ yang bisa dicari lewat pengalaman, atau belajar dari seorang guru. Selain kebijaksaan, kita juga mengenal istilah ‘hikmat’. Hikmat biasanya dianggap sebagai sesuatu yang dikaruniakan oleh Allah. Oleh karena itu TSI menggunakan ‘hikmat’ dalam konteks yang hendak menunjukkan bahwa Allah sebagai sumber dari hikmat itu.cmenegakkan benang basah Bahasa Ibrani menggunakan peribahasa yang secara harfiah berarti ‘Yang sudah bengkok tidak dapat diluruskan’. Untuk menerangkan bahwa ini adalah usaha yang sia-sia, TSI menggunakan peribahasa: Seperti menegakkan benang basah.